-->
SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI HIPERMAWA KOMISARIAT MANIANGPAJO

 

  • Realita berkarya di negeri sendiri

    Ilustrasi matinya kreativitas bangsa
    Akhir akhir ini di jagat media sosial sedang hangat-hangatnya dengan berita putra bangsa yang menciptakan inovasi baru dalam bidang kesehatan khususnya kanker,tentunya ini adalah angin segar dunia kesehatan,mengingat kanker adalah salah satu penyakit mematikan.

    putra bangsa itu adalah Bapak Warsito Purwo Taruno, penemu alat terapi kanker Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT).Bentuk alat tersebut mirip helm dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer. Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak. Dengan alat itu, dokter juga bisa melihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien.

    Tapi sayangnya penemuan bapak warsito ini, tak direspon positif oleh pemerintah indonesia,bahkan bapak warsito memutuskan untuk mengembangkan karyanya di luar negeri, ia telah berada di polandia menggelar pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker.

    Selain itu Keputusan memilih mengembangkan karyanya diluar negeri karena belum adanya aturan untuk penelitian alat kesehatan dan aturan uji klinis sebagai jaminan perlindungan hukum bagi praktik uji klinik dan riset alat kesehatan di Indonesia.

    dan bahkan menurut warsito, ia disalahkan Pemerintah karena tidak mengikuti standar aturan yang benar, sementara aturannya sudah 7 tahun tak dibuat.

    Lagi lagi pemerintah indonesia menegaskan ke publik bahwa sudah hal yang lumrah berkarya di negeri seberang,seolah negeri sendiri bukan tempat yang layak untuk berinovasi dan berkarya.hasil karya bapak warsito ini adalah salah satu dari sekian banyak karya anak bangsa yang "ditelantarkan" oleh pemerintah indonesia.

    mungkin kita masih ingat dengan  pemusnahan televisi rakitan karya pak kusrin oleh kejaksaan negeri karanganyar dengan alasan tak memiliki sertifikat SNI atau Rio haryanto yang hingga kini nasibnya untuk tampil di formula satu masih belum ada kejelasan

    Pemerintahan Jokowi mestinya belajar dari kesalahan dari rezim terdahulu yang telah menelantarkan bapak habibie sang masterpiece pesawat terbang dunia yang ilmunya dilahap negara jerman.

    "Dibanggakan di Eropa, dipermainkan di Indonesia. Jerman dapat ilmunya, kita dapat apa? Antrian panjang nonton filmnyalawakan abdur finalis Stand up comedy indonesia kompas TV,sebuah jokes cerdas yang menggambarkan buruknya pemerintah indonesia dalam mengapresiasi sebuah karya. 

    Pemerintah selama ini hanya menunggu bola dan tak menjadi penjemput bola, menunggu booming di media dulu baru menanggapi,Pemerintah seharusnya hadir sebagai "angel" bagi para anak bangsa yang memiliki inovasi dan kreatifitas, sudah saatnya pemerintah mengubah regulasi yang kaku karena selama ini regulasi yang sering dikambing hitamkan pemerintah menjadi momok penghambat kreatifitas anak bangsa.

    Tentunya pemerintahan jokowi-JK dengan revolusi mentalnya seharusnya mampu merangkul potensi potensi anak bangsa agar bangsa yang selama ini hanya menjadi Konsumen mampu menjadi Bangsa Produsen.semoga saja pemerintah  belajar dari kasus bapak warsito ini.




  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment

MALI SIPARAPPE, REBBA SIPATOKKONG, MALILU SIPAKAINGE